Larangan Cukur Rambut Saat Qurban, Bukan Sekadar Hukum, Tapi Tanda Cinta kepada Allah

Saat Idul Adha semakin dekat, umat Islam di seluruh dunia bersiap menyambut hari besar penuh keberkahan. Tak hanya menyembelih hewan qurban, tetapi juga mempersiapkan diri secara batin dan lahir untuk menjalani ibadah yang sarat makna ini. Di antara anjuran yang sering disampaikan adalah larangan mencukur rambut dan memotong kuku bagi orang yang berniat berkurban, sejak tanggal 1 Dzulhijjah hingga hewan kurbannya disembelih. Namun, mengapa larangan ini ada? Dan apa makna mendalam di baliknya?

Bukan Sekadar Larangan, Tapi Tanda Ketaatan

Larangan ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW:

“Apabila telah masuk sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin berkurban, maka janganlah ia mengambil rambut dan kukunya sedikit pun hingga ia berkurban.”
(HR. Muslim)

Hadits ini bukan sekadar larangan formal. Ia adalah bentuk latihan ketaatan. Bukankah qurban sendiri adalah tentang menundukkan ego dan menyerahkan yang terbaik kepada Allah? Maka menahan diri untuk tidak memotong kuku atau mencukur rambut menjadi simbol nyata bahwa kita rela meninggalkan hal-hal kecil demi menaati perintah-Nya.

Menghidupkan Rasa Empati dan Pengorbanan

Larangan ini juga menyentuh sisi empati dan penghayatan spiritual. Saat kita menahan diri dari kebiasaan sehari-hari seperti mencukur atau merapikan kuku, kita diingatkan bahwa di sana, jutaan hewan dipersiapkan untuk disembelih. Kita diajak merasakan “kurban” dalam bentuk lain—mengorbankan kenyamanan diri untuk mengenang pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail AS yang begitu agung.

Ini adalah waktu merenung, bahwa cinta sejati kepada Allah sering kali menuntut pengorbanan. Bukan hanya harta, tetapi juga ego, kenyamanan, dan kebiasaan.

Melatih Jiwa untuk Patuh Tanpa Tapi

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menuntut alasan di balik setiap perintah. Namun ibadah bukan soal logika semata, tetapi keyakinan. Ketika Allah dan Rasul-Nya memerintahkan, seorang mukmin sejati menjawab dengan: “Kami dengar dan kami taat.”

Larangan ini melatih kita untuk percaya, bahwa di balik setiap perintah-Nya, pasti ada kebaikan yang kadang belum kita pahami.

Bolehkah Jika Sudah Terlanjur?

Bagaimana jika seseorang lupa dan terlanjur memotong rambut atau kuku? Ulama menjelaskan, qurbannya tetap sah. Larangan ini bukan syarat sah qurban, melainkan anjuran kuat yang jika ditinggalkan tanpa alasan, maka kehilangan keutamaan, tapi tidak membatalkan ibadah qurbannya.

Ini menunjukkan betapa Islam adalah agama yang rahmat dan bijaksana. Allah tidak membebani di luar kemampuan, tetapi memberi peluang besar bagi siapa yang sungguh-sungguh ingin mendekat.

Penutup: Jadikan Qurban Lebih dari Sekadar Tradisi

Mari jadikan ibadah qurban bukan sekadar rutinitas tahunan, tetapi sebagai momen spiritual yang benar-benar mengasah hati. Menahan diri dari memotong rambut dan kuku mungkin terlihat sepele, tetapi jika dilakukan dengan niat yang tulus, itu adalah bentuk cinta kepada Allah yang tak ternilai.

Karena pada akhirnya, qurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, tapi tentang menyembelih keinginan diri demi taat pada Sang Ilahi.

Open chat
Kami dengan senang hati membantu Anda. Jangan ragu untuk bertanya kepada kami.