Hari Raya Iduladha bukan hanya tentang takbir yang menggema atau aroma daging yang memenuhi udara. Ia adalah momen refleksi, saat kita menengok kembali nilai pengorbanan yang sejati. Di balik sembelihan hewan qurban, ada sesuatu yang lebih dalam—lebih sunyi, namun tak kalah bermakna: harapan yang kita relakan demi sesuatu yang lebih besar.

Qurban bukan hanya tentang darah yang mengalir, melainkan tentang jiwa yang diuji. Tentang bagaimana kita, sebagai manusia, belajar melepaskan sesuatu yang kita cintai. Seperti Nabi Ibrahim yang diminta mengorbankan anaknya, Ismail, qurban adalah tentang memilih Tuhan di atas segalanya, bahkan di atas harapan yang paling kita genggam erat.

Hari ini, kita menyembelih seekor kambing, sapi, atau domba. Tapi sejatinya, kita juga sedang menyembelih ego, keserakahan, dan keinginan yang tak selalu selaras dengan jalan kebaikan. Kita mungkin telah menabung berbulan-bulan untuk membeli hewan qurban itu. Mungkin ada keinginan lain yang harus ditunda—liburan keluarga, gadget baru, atau bahkan kebutuhan pribadi. Tapi itulah makna qurban: memberikan yang terbaik, bukan yang tersisa.

Di satu sisi dunia, ada orang yang tersenyum karena menerima daging qurban untuk pertama kalinya dalam setahun. Di sisi lain, ada yang menitikkan air mata karena akhirnya bisa menunaikan qurban setelah bertahun-tahun hanya bisa berharap. Dalam momen sakral ini, Allah mempertemukan mereka dalam satu jembatan: pengorbanan.

Mungkin qurban itu tidak mengubah dunia, tapi ia mengubah hati. Mengingatkan bahwa cinta sejati bukan tentang memiliki, tapi tentang memberi. Dan kadang, harapan yang kita korbankan akan tumbuh menjadi berkah yang tak pernah kita sangka.

Karena qurban bukan hanya soal hewan yang disembelih, tapi tentang harapan yang dipasrahkan, demi cinta yang lebih tinggi.

Open chat
Kami dengan senang hati membantu Anda. Jangan ragu untuk bertanya kepada kami.