Senin. Kata itu seringkali terasa berat di bibir, membawa beban harian yang menumpuk, dan bayangan akhir pekan yang indah yang kian menjauh. Hari ini sering dianggap sebagai gerbang rutinitas yang membosankan, penghantar lelah, atau bahkan musuh bebuyutan bagi jiwa yang mencari kehangatan. Tapi, apa kalau kita melihat Senin dari sudut pandang yang berbeda? Apa kalau kita mengatakan: “Dari Hati untuk Senin, Memulai dengan Keberkahan Ilahi.”

Bayangkanlah, sebelum kita terjebak dalam arus macet atau pilem rapat pertama, ada sesuatu yang lebih besar, lebih murni, dan lebih dekat yang sudah menanti untuk dinikmati. Keberkahan Ilahi. Bukan sekadar rezeki dalam bentuk materi, tapi anugerah-anugerah halus yang seringkali kita lewatkan begitu saja di pagi Senin yang deras.

Keberkahan itu dimulai dari kening mata kita yang masih bisa melihat fajar menyingsing. Itu adalah anugerahnya. Dari napas pertama yang masih berhenti di paru-paru kita, meski di tengah kegelisahan menatap hari kerja. Dari cangkir kopi atau teh panas yang hangat membasahi tenggorokan, menyapa kita dengan aromanya yang membangunkan sel-sel tubuh. Itu adalah keberkahan Ilahi yang sederhana, namun sangat nyata.

Keberkahan itu terlihat di senyum anak kecil yang baru saja memulai hari sekolah, atau di antusiasme seorang rekan kerja yang memberi semangat, “Selamat Pagi! Semangat!”. Itu adalah anugerah pertemuan, relasi yang masih terjaga, meski hanya sekadar salam lewat. Keberkahan itu terdengar dalam suara kicau burung yang tak kenal lelah menyapa pagi, atau dalam gemercik hujan yang tiba-tiba menyiram kota, membersihkan debu dan memberi kesegaran baru.

Keberkahan itu tersimpan dalam kesempatan untuk memulai lagi. Setiap Senin adalah lembaran putih baru. Kesalahan minggu lalu bisa dihapus, rencana baru bisa dibuat, harapan bisa ditebalkan. Itu adalah anugerah dari Sang Pencipta untuk kita diberi kesempatan merubah dan memperbaiki. Setiap pagi Senin, kita diberi kesempatan untuk bangkit lebih baik dari kemarin.

Dan inilah intinya: “Dari Hati untuk Senin”. Keberkahan Ilahi itu sebenarnya sudah melimpah ruah mengelilingi kita. Tapi seringkali, hati kita yang tertutup oleh kekhawatiran tentang deadline, kebosanan pekerjaan, atau beban hidup, yang membuat kita buta terhadapnya. Kita terjebak dalam “mode bertahan” alih-alih “mode berterima kasih”.

Maka, “Dari Hati” berarti memilih untuk membuka mata hati kita. Memilih untuk:

Menghentikan sejenak: Sebelum terjun ke rutinitas, ambil 5 menit. Duduk, tarik napas dalam-dalam. Hanya merasakan kehadiran diri sendiri di pagi ini.

Mengucap Syukur: Ucapkan syukur secara internal atau bahkan lisan. “Terima kasih Tuhan, karena hari ini masih diberi kesempatan bernapas dan bekerja.” “Terima kasih atas cahaya matahari yang menyinari jalan.” “Terima kasih atas kesehatan yang masih diberikan.”

Mengamati: Perlahan-lahan amati sekeliling. Apa yang bisa Anda rasakan, dengar, atau lihat yang bisa Anda anggap sebagai anugerah hari ini? Senyum penjaga keamanan? Lalu lintas yang lancar? Musik yang sedang Anda dengar?

Menemukan Makna: Coba cari satu hal kecil di pekerjaan atau rutinitas Senin yang bisa Anda nilai positif. Apakah tantangan baru? Kesempatan belajar? Atau sekadar kepastian bahwa pekerjaan Anda memberi makna dan nafkah?

Memberi: Dari hati yang tulus, berikan sedikit kebaikan. Ucapkan “Terima kasih” kepada penjaga yang membuka pintu. Kasih sapa hangat pada rekan kerja. Bagi sedikit makanan atau minuman pada orang yang membutuhkan di perempatan. Memberi adalah salah satu wujud syukur dan keberkahan terbesar.

Ketika kita memulai Senin dengan hati yang terbuka dan penuh syukur atas keberkahan Ilahi yang tersedia, sesuatu yang ajaib terjadi. Beban terasa lebih ringan. Lelah menjadi lebih tahan. Semangat bergejolak kembali. Senin tidak lagi menjadi hari yang ditakuti, tapi hari yang dinanti, hari yang penuh potensi keindahan baru.

Jadi, esok pagi saat jam alarm berbunyi, jangan langsung terjebak dalam gelombang panik. Berhentilah. Tarik napas. Lalu, dengan tulus dari lubuk hati yang paling dalam, ucapkanlah: “Dari Hati, Terima Kasih. Senin, kita mulai dengan Keberkahan Ilahi.”

Hari Senin bukan lagi gerbang lelah, tapi jendela keberkahan. Semoga setiap Senin kita selalu bisa melihatnya, merasakannya, dan hidup bersamanya. Selamat Menyambut Senin yang penuh keberkahan!


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder
Open chat
Kami dengan senang hati membantu Anda. Jangan ragu untuk bertanya kepada kami.