Di tengah lautan waktu yang deras, di mana kehidupan kita sering terombang-ambing oleh gelombang kecepatan, kekhawatiran, dan kebosanan, ada satu pelabuhan yang terbuka setiap tahun.

Pelabuhan itu bernama Bulan Suci Muharram. Bukan sekadar penanda awal tahun Hijriah, Muharram adalah momen ilahi yang menawarkan kita kesempatan emas untuk melabuhkan hati menenangkan, melembutkan, dan mengisi jiwa yang seringkali terkoyak oleh kesibukan duniawi.

Mengapa Muharram begitu istimewa untuk “melabuhkan hati”? Karena bulan ini sarat dengan pesan historis, nilai spiritual, dan amalan-amalan yang secara alami mengarahkan kita ke dalam ruang batin yang damai.

 

  1. Mengenang Tragedi, Merenungkan Diri (Kisah Asyura)
    Puncak Muharram adalah tanggal 10, yang dikenal sebagai Hari Asyura. Sejarah mencatat peristiwa besar: pengorbanan Nabi Adam AS, keselamatan Nabi Nuh AS dan umatnya dari banjir, pengampunan Nabi Yusuf AS dari lubang, dan yang paling mewarnai kesadaran kolektif umat Islam peristiwa Karbala. Peristiwa di mana cucu Rasulullah SAW, Sayyidina Husain bin Ali RA, beserta keluarga dan sahabatnya, memilih jalan syahadat demi mempertahankan kebenaran dan agama.

Mengenang Karbala bukanlah sekadar ritual meratapi. Ini adalah pelajaran mendalam tentang ketabahan, kesabaran, pengorbanan, dan cinta kepada Allah SWT. Dengan mempelajari kisah ini, kita diajak untuk:

  • Merendahkan Diri: Melihat betapa kecilnya pengorbanan kita dibanding para syuhada.
  • Mengoreksi Diri: Menilik akhlak dan keimanan kita – apakah kita masih teguh dalam kebenaran?
  • Mengembangkan Empati: Memahami penderitaan orang lain dan berusaha membantu.
  • Menguatkan Keyakinan: Bahwa kebenaran meskipun terlihat lemah, pada akhirnya akan menang.
    Renungan inilah yang menjadi benang merah pertama untuk melabuhkan hati. Ia membersihkan hati dari kesombongan dan keras kepala.
  1. Menepi dari Hiruk-Pikuk: Berpuasa Sunnah Muharram
    Rasulullah SAW bersabda, “Puasa Asyura, aku harapkan Allah mengampuninya pada tahun yang lalu.” (HR. Muslim). Berpuasa pada tanggal 9 dan/atau 10 Muharram (atau setidaknya satu hari) adalah amalan sunnah yang sangat direkomendasikan. Puasa di bulan ini bukanlah sekadar menahan lapar. Ia adalah: Latihan Disiplin Spiritual: Mengendalikan nafsu, terutama hasrat duniawi. Menjaga Kewaspadaan: Mendorong kita untuk lebih waspada terhadap dosa. Mengalami Rasa Syukur: Saat berbuka, kita lebih menyadari nikmat Allah. Mencari Ketenangan: Aktivitas ibadah seringkali membawa ketenangan batin yang mendalam. Dengan menepi dari kebiasaan makan minum yang berlebihan, hati kita pun “tertekan” untuk lebih fokus pada pencarian kebahagiaan sejati, yaitu kedekatan dengan Sang Pencipta.
  2. Menyalurkan Sedekah dan Menjalin Silaturahmi
    Bulan Muharram juga digunakan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat untuk beramal dan menjalin silaturahmi. Mengenang penderitaan di Karbala mengingatkan kita akan pentingnya saling membantu dan peduli pada sesama.

Amalan ini melabuhkan hati karena:

Menghilangkan Kekikiran: Fokus pada kebaikan orang lain membantu kita melupakan beban pribadi.

  • Menciptakan Kedamaian: Sedekah dan kebaikan membangun hubungan baik yang membawa ketenangan sosial.
  • Mengisi Hati dengan Bahagia: Menolong sesama adalah sumber kebahagiaan sejati yang tak ternilai.
  • Mendapatkan Pahala dan Perlindungan: Sedekah menjadi perisai dari bencana dan dosa.
    Menyalurkan kasih sayang pada bulan ini adalah cara praktis untuk melabuhkan hati kita dalam lautan kasih ilahi.
  1. Mengisi Hati dengan Dhikr dan Doa
    Muharram adalah bulan yang baik untuk mengaji Al-Qur’an, menghafal, berdzikir, dan berdoa.
  • Mengisi waktu dengan aktivitas batin yang khusyuk membantu:
  • Mengalihkan Perhatian dari Hal Fana: Kita terhenti sejenak dari kebisingan dunia.
  • Mengingat Allah: Dhikr dan doa adalah jembatan langsung menuju ketenangan jiwa.
  • Mencari Perlindungan dan Petunjuk: Dalam keadaan hati yang tenang, doa kita lebih terdengar dan panduan lebih jelas.

Mengisi Hati dengan Cahaya Ilahi: Firman Allah dan dzikir-Nya adalah sumber cahaya yang mengusir kegelapan keraguan dan kekhawatiran.
Menghabiskan waktu di bulan ini dengan bacaan suci adalah seperti memasuki pelabuhan yang tenang, terbebas dari badai keraguan.

Pelabuhan Ketenangan yang Menanti
Muharram bukanlah bulan yang ditakuti atau dikhawatirkan. Ia adalah pelabuhan kesembuhan yang Allah SWT siapkan bagi hamba-Nya yang lelah.

Melabuhkan hati di bulan Muharram artinya:

  • Menenangkan gelombang emosi yang kacau. Melembutkan hati yang keras.
  • Mengisi jiwa yang kosong dengan makna dan kedekatan dengan Allah.
  • Menemukan ketenangan sejati yang bukan datang dari dunia, tapi dari hubungan dengan Sang Pencipta dan kebaikan yang kita lakukan.

Jadi, di bulan Muharram ini, mari kita:

  • Renungkan kisah Asyura dengan hati yang terbuka.
  • Berpuasa untuk mensucikan diri.
  • Beramal dan Bersilaturahmi dengan tulus.

Ngaji, Berdzikir, dan Berdoa dengan khusyuk.

Biarkan Muharram menjadi titik balik. Biarkan ia menjadi bulan di mana hati kita, yang terombang-ambing di lautan kehidupan, akhirnya terlabuh dengan damai di pelabuhan ketenangan abadi. Mari kita manfaatkan kesempatan suci ini untuk kembali ke fitrah, menyegerakan taubat, dan membangun kembali fondasi iman yang kokoh. Karena di pelabuhan Muharram ini, hati yang lelah akan menemukan tempat berlabuh yang paling nyaman: di pelukan kasih dan rahmat Allah SWT.

Open chat
Kami dengan senang hati membantu Anda. Jangan ragu untuk bertanya kepada kami.