Dalam kehidupan yang kian kompleks dan terpolarisasi, kebutuhan untuk menemukan titik temu baik secara spiritual maupun social semakin mendesak. Konsep Kalimatunsawa, yang berasal dari bahasa Arab dan berarti “kalimat yang sama” atau “titian kesepakatan bersama,” menjadi oase dalam keberagaman. Di sinilah “berbagi dalam doa” menjadi jembatan emas yang menyatukan hati, melampaui batasan agama, suku, budaya, dan latar belakang.
Kalimatunsawa adalah seruan untuk bertemu dalam ruang kesucian hati. Ia mengajak semua insan untuk tidak hanya duduk bersama, tetapi juga berdoa bersama, dalam semangat kasih dan persaudaraan kemanusiaan
Makna Kalimatunsawa
Kalimatunsawa (كَلِمَةٍ سَوَاءٍ) secara harfiah berarti “kata yang sepadan” atau “kalimat yang setara.” Istilah ini berasal dari Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 64:
“Wahai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat yang sama antara kami dan kamu…”
(QS. Ali Imran: 64)
Ayat ini adalah undangan damai dari Nabi Muhammad SAW kepada umat-umat sebelumnya untuk bertemu dalam nilai bersama: pengesaan Tuhan dan pengabdian yang ikhlas. Dalam konteks kekinian, Kalimatunsawa adalah simbol dialog lintas iman, kerja sama antar komunitas, dan kerinduan untuk menciptakan harmoni.
Berbagi dalam Doa: Sebuah Aksi Spiritual dan Sosial
Doa bukan hanya komunikasi vertikal dengan Sang Pencipta. Ia juga memiliki dimensi horizontal: memperkuat hubungan antarmanusia. Ketika kita “berbagi dalam doa,” kita membuka ruang spiritual untuk saling mendoakan, merenung, dan merangkul sesama.
- Doa Sebagai Titik Temu
Berbagai agama memiliki bentuk doa yang berbeda—dari lantunan zikir, ratapan, hingga keheningan batin. Namun, esensinya sama: harapan, permohonan, dan ungkapan cinta kepada Yang Maha Kuasa. Berbagi dalam doa menciptakan jembatan empati yang universal.
- Melampaui Perbedaan
Doa bersama dalam semangat Kalimatunsawa bukan upaya menyamakan keyakinan, tetapi menyamakan nilai: cinta, damai, keadilan, dan kasih sayang. Ia mengajarkan bahwa perbedaan bukan ancaman, tetapi kekayaan yang harus dirayakan.
- Solidaritas dalam Keprihatinan
Di saat bencana, konflik, atau krisis moral, doa lintas iman bisa menjadi bentuk solidaritas spiritual. Ia menyuarakan bahwa penderitaan satu kelompok adalah luka bagi seluruh umat manusia.
Praktik Kalimatunsawa dalam Kehidupan Nyata
- Forum Doa Bersama
Banyak komunitas di Indonesia telah menggelar forum lintas agama—acara di mana tokoh dari berbagai kepercayaan memimpin doa secara bergantian. Misalnya dalam Hari Toleransi Internasional, atau peringatan tragedi nasional.
- Ruang Ibadah Bersama
Beberapa rumah ibadah menyediakan ruang netral untuk semua kalangan berdoa atau bermeditasi. Ini adalah wujud nyata dari Kalimatunsawa dalam bentuk tempat fisik yang terbuka dan inklusif.
- Proyek Sosial Bersama
Membangun panti asuhan lintas agama, membantu korban bencana, atau membuat taman damai adalah contoh bagaimana Kalimatunsawa bisa diimplementasikan lewat kerja nyata, bukan hanya diskusi.
Tantangan dan Harapan
Tidak dapat dimungkiri, ada kelompok yang menolak gagasan doa bersama karena alasan teologis. Ini sah dan harus dihormati. Namun, penting untuk dibedakan antara doa bersama (common prayer) dan bersama berdoa (praying together) dalam semangat kemanusiaan. Yang utama adalah niat menyatukan hati, bukan mencampuradukkan keyakinan.
Harapan ke depan adalah terbangunnya lebih banyak ruang Kalimatunsawa baik secara simbolik maupun konkret—yang menyatukan hati dalam perbedaan.
0 Komentar